Penalaran
Penalaran adalah proses
berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik)
yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang
sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar,
orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang
dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis dan hasil kesimpulannya
disebut dengan konklusi. Hubungan antara premis dan
konklusi disebut konsekuensi.
Metode-metode Penalaran
·
Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah suatu metode berpikir yang menerapkan
hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagian yang khusus. Hal ini adalah suatu sistem penyusunan fakta
yang telah diketahui sebelumnya guna mencapai suatu kesimpulan yang logis.
Dalam penalaran deduktif, dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang disebut
silogisme dan terdiri atas beberapa unsur yaitu:
1. Dasar pemikiran utama (premis mayor)
2. Dasar pemikiran kedua (premis minor)
3. Kesimpulan
Contoh:
Premis mayor : Semua siswa SMA kelas X wajib mengikuti
pelajaran Sosiologi.
Premis minor : Bob adalah siswa kelas X SMA
Kesimpulan : Bob wajib mengikuti jam pelajaran
Sosiologi
·
Induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan
bertolak dari hal-hal yang bersifat khusus untuk menentukan kesimpulan yang
bersifat umum. Dalam penalaran induktif ini, kesimpulan ditarik dari
sekumpulan fakta peristiwa atau pernyataan yang bersifat umum.
Contoh:
Bukti 1 : logam 1 apabila dipanaskan akan memuai
Bukti 2 : logam 2 apabila dipanaskan akan memuai
Bukti 3 : logam 3 apabila dipanaskan akan memuai
Kesimpulan: Semua logam apabila dipanaskan akan memuai.
·
Pendekatan Ilmiah (Gabungan antara Deduktif dan Induktif)
Metode berpikir pendekatan ilmiah adalah penalaran yang menggabungkan cara berpikir
deduktif dengan cara berpikir induktif. Dalam pendekatan ilmiah,
penalaran disertai dengan suatu hipotesis.
Misalkan seorang siswa yang apabila sebelum berangkat
sekolah telah sarapan terlebih dahulu dalam porsi yang banyak, dia tidak akan
kelaparan hingga jam pelajaran berakhir. Secara deduktif, akan disimpulkan bahwa setiap anak yang makan
banyak tidak akan cepat lapar. Untuk menjawab kasus seperti ini, kita ajukan
pertanyaan mengapa seorang siswa cepat lapar? Untuk itu, kita ajukan hipotesis
bahwa siswa akan cepat lapar jika makanan yang dimakan kurang memenuhi standar
gizi dan energi yang dihasilkan oleh makanan tersebut sedikit. Kemudian secara induktif kita uji
untuk mengetahui apakah hasil pengujian mendukung atau tidak mendukung
hipotesis yang diajukan tersebut.
Proposisi
Proposisi adalah
istilah yang digunakan untuk kalimat pernyataan yang memiliki arti penuh dan utuh. Hal ini berarti suatu
kalimat harus dapat dipercaya,
disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya. Singkatnya, proposisi
adalah pernyataan mengenai hal-hal yang dapat dinilai benar atau salah.
Dalam ilmu logika, proposisi mempunyai tiga unsur
yakni:
Contohnya kalimat Semua manusia adalah fana.
Kata semua dalam kalimat tersebut dinamakan dengan pembilang. Kemudian
kata manusia berkedudukan sebagai subyek, sedang adalah merupakan
kopula. Adapun predikat di sini diwakili oleh kata fana.
Kategori
Proposisi
Berdasarkan
Bentuk
Berdasarkan bentuknya, proposisi diklasifikasikan menjadi
dua kategori: tunggal dan majemuk. Proposisi
Tunggal hanya mengungkap satu pernyataan saja dimana hanya didukung satu subjek
dan satu predikat (kalimat tunggal). Sebagai contoh kalimat "Setiap manusia akan mati",dalam kalimat tersebut hanya terdapat satu
subjek, yakni "manusia", sedang predikatnya berupa
"mati". Kemudian Proposisi Majemuk, proposisi ini dibentuk dari
gabungan dua proposisi tunggal atau lebih dimana kalimat pernyataan ini
sekurang-kurangnya didukung dua pola kalimat. Misalnya
seperti kalimat "Setiap warga negara harus
menyadari hak dan tanggung jawabnya".
Berdasarkan
Sifat Pembenaran atau Pengingkaran
Berdasarkan sifat pembenaran dan pengingkaran,
terdapat dua kategori proposisi: kategorial dan kondisional. Proposisi
kategorial menunjuk pada sebuah pembenaran atau pengingkaran yang bersifat
mutlak; pasti benar atau pasti salah. Artinya, kebenaran terjadi tanpa syarat.
Contoh: Semua orang akan mati. Selanjutnya
adalah proposisi kondisional, yakni proposisi yang menunjuk pada pembenaran
atau pengingkaran yang bersyarat atau berupa pilihan.
Kategori proposisi kondisional sendiri dapat dibedakan
menjadi dua kategori, yakni hipotesis dan disjungtif. Proposisi
Kondisional Hipotesis adalah proposisi yang menunjuk pada pembenaran yang
bersyarat. Artinya bila proposisi terpenuhi, maka kebenaran
terjadi. Hal ini bisa kita lihat dalaam kalimat Jika hujan terjadi,
tanah becek, jadi tanah akan becek jika terjadi
hujan. Lain halnya dengan proposisi kondisional hipotesis, Proposisi
Kondisional Disjungtif disebut juga alternatif. Hal ini
didasarkan pada pembenaran yang berupa pilihan. Proposisi ini kerap kali
menggunakan kata atau seperti dalam kalimat: Amir
harus membantu orang tuanya atau membersihkan halamanrumah.
Berdasarkan
Luas Pengertian
Berdasarkan luas pengertian, proposisi
dibedakan menjadi tiga kategori: universal,
partikular, dan singular. Proposisi Universal ialah sebuah proposisi yang
mencakup seluruh aspek atau bagian. Hal ini ditandai dengan adanya kata: semua,
seluruh, setiap, setiap kali, masing-masing. Sebagai contoh pada
kalimat Tidak seorangpun dinegeri ini yang atheis. [3]
Kemudian yang kedua adalah Proposisi Partikular, yakni
yang mengungkapkan sebagian dari seluruh aspek. Kata tugas yang menandai
proposisi partikular adalah beberapa, sebagaian, tidak semua, kebanyakan,
banyak. Contoh: Tidak semua siswa tekun
belajar. Kata "tidak semua"
dalam kalimat di atas merupakan proposisi partikular, yakni hanya mencakup
sebagian aspek saja.
Dan yang terakhir adalah Proposisi Singular, proposisi
ini hanya mengungkap satu aspek saja, di antara penandanya adalah kata ini dan itu. Misal
penggunaannya dalam kalimat:Rumah ini akan dijual, kata rumah di sini
hanya menunjukkan satu unsur. Jika terdapat dua unsur di dalamnya, maka
suatu kalimat tidak bisa disebut dengan proposisi singular.
Berdasarkan
Kualitas dan Kuantitas
Berdasarkan kualitas juga
kuantitasnya, proposisi dapat terbagi menjadi dua, yaitu proposisi A, I, E, dan
proposisi O. Yang dimaksud dengan Proposisi A di sini adalah proposisi
universal atau singular positif; proposisi yang mengungkap keseluruhan dan
pembenaran, pengakuan, atau positif. Contohnya kalimat Meja ini dibuat dari kayu jati".
Lain halnya dengan A, Proposisi E adalah proposisi universal
atau singular negatif. Proposisi ini mengungkap keseluruhan pengingkaran,
penolakan, atau negatif. Misalnya seperti kalimat "Meja ini tidak dibuat
dari kayu jati", kata tidak dalam kalimat tersebut
menunjukkan kenegatifan yang berupa pengingkaran.
Selain proposisi A juga E, berdasarkan kualitas dan
kuantitasnya, proposisi juga terbagi lagi menjadi Proposisi I dan Proposisi
O. Proposisi I ialah proposisi partikular aktif; mengungkap sebagian dari
keseluruhan pengakuan, pembenaran, atau positif. Sebagaimana contoh dalam
kalimat berikut "Beberapa siswa SMU Kebangsaan tekun belajar".
Proposisi O sendiri adalah proposisi partikular
negatif; mengungkap sebagian dari keseluruhan pengingkaran, penolakan, atau
negatif. Contoh: "Beberapa siwa SMU Kebangsaan tidak tekun belejar.
INFERENSI
Inferensi adalah tindakan atau proses yang berasal
kesimpulan logis dari premis yang diketahui atau dianggap benar. Kesimpulan
yang ditarik juga disebut sebagai idiomatik. Hukum valid inference dipelajari
dalam bidang logika. Inferensi manusia (yaitu bagaimana manusia menarik
kesimpulan) secara tradisional dipelajari dalam bidang psikologi kognitif,
kecerdasan buatan para peneliti mengembangkan sistem inferensi otomats untuk
meniru inferensi manusia. Inferensi statistik memungkinkan untuk kesimpulan
dari data kuantitatif.
IMPLIKASI
Implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada
karena sudah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu sendiri. Banyak dari
kesimpulan sebagai hasil dari proses berpikir yang logis harus disusun dengan
memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang tercakup dalam evidensi
(=implikasi), dan kesimpulan yang masuk akal berdasarkan implikasi
(=inferensi).
WUJUD
EVIDENSI
Evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian,
semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk
membuktikan suatu kebeneran. Dalam argumentasi, seorang penulis boleh
mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia menganggap pembaca
sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya
kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan daripadanya.
Evidensi itu berbentuk data atau informasi, yaitu
bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu, biasanya berupa
statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-orang
kepada seseorang, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang
diberikan) dan informasi (bahan keterangan).
Cara Menguji
Data, Fakta, dan Autoritas
Cara Menguji
Data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran
harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui
cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan
sebagai evidensi.
Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk
pengujian tersebut :
·
Observasi
·
Kesaksian
·
Autoritas
Cara Menguji
Fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang
diperoleh adalah fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut ada
dua tingkat. Yang pertama untuk meyakinkan bahwa semua bahan data tersebut
adalah fakta. Yang kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan
sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
Ada dua cara untuk menguji fakta, yaitu :
Ada dua cara untuk menguji fakta, yaitu :
·
Konsistensi
·
Koheresi
Cara menguji
Autoritas
Menghindari semua desas-desus atau kesaksian, baik
akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang
sungguh-sungguh didassarkan atas penelitian atau data eksperimental. Ada
beberapa cara sebagai berikut:
·
Tidak
Mengandung Prasangka
Pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh para ahli atau didasarkan pada hasil eksperimen yang
dilakukannya.
·
Pengalaman
dan pendidikan autoritas
Dasar kedua
menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh
menjadi jaminan awal. Pendidikan yang
diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli.
Pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian yang dilakukan, presentasi
hasil penelitian dan pendapatnya akan memperkuat kedudukannya.
·
Kemashuran
dan prestise
Ketiga yang
harus diperhatikan adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan
dikutip sebagai autoritas hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan
prestise pribadi di bidang lain.
·
Koherensi
dengan kemajuan
Hal keempat
adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan dan
kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu..
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar